Contact Form

 

Posesif

Lala (Putri Marino) adalah seorang atlet loncat indah, suatu hari dia bertemu dengan murid baru disekolahnya, bernama Yudis (Adipati Dolken). Mulai dari pertemuan pertama mereka, kemudian mereka menjadi sepasang kekasih layaknya anak SMA pacaran. Awalnya hubungan mereka terjalin dengan manis namun lambat laun sikap Yudis kepada Lala menjadi sangat posesif bahkan cenderung bersikap kasar.


Meski film remaja, namun jauh dari kata "receh" atau cheesy sekalipun. Dibuka dengan perkenalan Lala dan Yudis dengan alur yang pas dan dengan pendalaman karakter yang sangat baik. Kita ikut serta dalam mengenal karakter pemain sepanjang film. Meskipun ini film remaja namun disampaikan dengan dewasa dan sangat baik. Penonton diajak ikut merasakan emosi yang dialami para karakter. Tidak hanya menceritakan tentang rumitnya kisah cinta remaja, namun juga menceritakan bagaimana cara lebih mengenal karakter seseorang. Tak lupa juga banyak adegan-adegan manis yang membuat kita bernostalgia mengingat masa lalu *ea



Chemistry para pemain pun... jangan diragukan lagi, meskipun Putri Marino pendatang baru namun dia bisa menggambarkan karakternya dengan sangat baik dan membuat penonton merasakan keribetannya punya pacar posesif macam Yudis. Chemistrynya dengan Adipati pun sangat baik. Dan.... Akting Adipati.. gila sih, mungkin dari beberapa film yang dia mainkan, Film Posesif ini adalah akting terbaiknya. Kita dibuat mesem-mesem melihat tingkah manisnya saat menjadi pacar Lala, tapi dibuat emosi dan kesal melihat tingkah posesif yang bahkan terkadang "main tangan", tapi lebih menyebalkan lagi kita juga dibuat ikut merasa kasihan dan simpati dengan apa yang dialami Yudis dan Adipati bisa menyampaikannya dengan sangat-sangat baik.


Tapi dari dulu memang akting Adipati memang sudah sangat baik. Dia bisa diapain aja. Menurut gue dia adalah salah satu aktor yang bisa menyeimbangi Reza Rahadian. Dan ga heran bahkan ikhlas lahir batin Film Posesif masuk 10 Nominasi Piala Citra, ikhlas juga bahkan kalau film ini menang sebagai film terbaik pun dengan Adipati yang ikut masuk sebagai nominasi aktor terbaik. Dan tak lupa Cut Mini yang hadir dengan penampilan yang (seperti biasa) sangat baik dan menjadi twist dalam film ini. If u wanna feel seneng, sedih, gregetan, kasihan, deg-degan gimana gitu then u have to watch Posesif. Highly recommended. (4/5)



Sutradara: Edwin
Penulis: Ginatri S.Noer
Produser: Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy
Produksi: Palari Films
Pemain: Adipati Dolken, Putri Marino, Gritte Agatha, Cut Mini, Chicco Kurniawan, Yayu Unru

Total comment

Author

Reviewin aja

Ruqyah: The Exorcism

Mahisa (Evan Sanders) adalah seorang reporter dan Asha (Celine Evangelista) merupakan seorang aktris terkenal. Yang setelah bertemu beberapa kali kemudian mereka berteman. Suatu hari Asha meminta bantuan Mahisa karena dia merasa dirinya diganggu oleh makhluk halus. Setelah berusaha membantu Asha dan melihat kejadian aneh juga, Mahisa merasa Asha di tempelin makhluk ghaib. Untuk itu dia berkonsultasi dengan ustad agar melakukan ruqyah untuk membersihkan Asha, namun ternyata sahabat-sahabatku.. sepertinya mahluk yang nempel sama Asha sulit untuk dilepaskan. Lalu berhasilkan Asha lepas dari makhluk itu? berhasilkah?


Tahun ini sepertinya lahan basah banget buat bikin film horror yang lagi hype. Setelah Danur, Jailangkung, The Doll 2, dan baru-baru ini Pengabdi Setan. Bahkan 10 film terbaik 4 diantaranya adalah film horror. Lalu... muncullah Ruqyah yang berdurasi 89 menit namun terasa seperti 890 menit. Dimulai dari perkenalan dua tokoh utama yang begitu singkat namun sudah didasari kepercayaan yang sangat kuat saudara-saudara. 


Ya.. pengenalan karakternya sendiri sungguh dangkal. Naskah cerita yang berantakan. Per adegan yang seperti ga menyatu, ga singkron. Yang paling menyebalkan lagi adalah suara yang amat-teramat berisik. Alih-alih membuat suasana creepy malah bikin sakit kuping sakit berisiknya. You know maksudku? Lyke suara jeng jeng jeng ngagetin gicu. Tapi malah bikin pusing. 



Akting pemain juga tidak menyelamatkan apapun. Padahal tema yang diangkat pada dasarnya cukup menarik sih, ceritanya tentang beberapa aktris ibu kota yang diisi "pemikat" agar sukses menjadi aktris, tapi apalah daya ya sahabat-sahabat. Endingnya? Seperti tugas karya film anak SMK atau kuliah yang udah mepet dan harus dikumpulkan segera. Diriku bahkan cukup sulit ketika harus memilih Ruqyah atau Petak Umpet Minako. (1/5)



Sutradara: Jose Poernomo
Penulis: Jose Poernomo dan Baskoro Adi Wuryanto
Produser: Manoj Punjabi
Produksi: MD Pictures dan Pichouse Films
Pemain: Celine Evangelista, Evan Sanders, Hikmal Nasution, Mega Carefansa

Total comment

Author

Reviewin aja
Mahesa (Jefri Nichol) merupakan seorang warga negara Indonesia yang menjadi musisi di Barcelona bersama kedua temannya Dastan (Ibnu Jamil) dan Revan (Dimas Andrean) membentuk sebuah band. Karena musiknya terus ditolak oleh label musik akhirnya mereka bertiga mencari uang dengan cara menipu perempuan untuk dikencani dan di poroti. One day, ketemulah Mahesa dengan Alana (Michelle Ziudith) yang juga (pastinya) orang Indonesia. Awalnya berniat untuk menipu... lalu... mereka jatuh cinta. Padahal Alana sendiri udah punya pacar yaitu Danu (Maxime Bouttier). Lalu bagaimanakah kelanjutannya saudara-saudara?


Kalian sudah tahu dong One Fine Day ini berasal dari rumah produksi mana? Pastinya Screenplay Films kebanggaanku, junjunganku, yang selalu menghasilkan sebuah karya-karya yang dikhususkan bagi para remaja. Pasti kalian sudah tak asing dengan Magic Hour, London Love Story, dan film-film Screenplay lainnya. Masih tetap pada konsep awalnya, yaitu cerita remaja nan kaya raya yang datang ke negeri orang yang pastinya untuk kuliah dan mencari nafkah. Eh mencari nafkah? Tentu tidak perlu. Remaja di film screenplay itu sudah pasti orang kaya bergelimang harta.



Contohnya Danu yang entah orang tuanya bekerja apa, sampai punya bodyguard yang selalu mengikuti pacarnya Alana kemanapun dia pergi. Mobil mewah, makanan mewah, party. Ditambah lagi usia mereka yang masih remaja namun sepertinya beban hidup percintaannya rumit sekali. Ya tentu saja sebagaimanapun tak masuk akalnya film percintaan Screenplay, tetap akan diterima oleh para remaja dan tentu fans dari para pemain. Bahkan Magic Hour yang syutingnya di bunderan HI aja masih lebih baik dari One Fine Day yang sepertinya 90% melakukan syuting di Barcelona. Sejujurnya One Fine Day ini adalah film terburuk dari Screenplay.


Cerita klise tak masuk akal yang paling receh sejauh ini. Dan yang paling menyakitkan adalah..... seperti biasa di akhir cerita selalu ada adegan-adegan pertumpahan air mata. And don't get me wrong, seriously. sangat sangat sangat lelah dan letih mendengar Michelle Ziudith menangis tersedu-sedu terisak-isak. Padahal dia aktingnya cukup menyenangkan, tapi kenapa harus selalu dipaksakan terisak-isak di film Screenplay. Yang melegakan dari One Fine Day adalah udah jarang terdengar bahkan hampir tidak ada dialog-dialog puitis melelahkan seperti Promise. Dan yang menyenangkan dari film ini adalah pemandangan Barcelona serta musik yang asik didengar. (1.5/5)



Sutradara: Asep Kusdinar
Penulis: Tisa TS dan Sukhdev Singh
Produser: Sukhdev Singh
Produksi: Screenplay Films
Pemain: Jefri Nichol, Michelle Ziudith, Maxime Bouttier, Amanda Rawles, Surya Saputra, Dimas Andrean, Ibnu Jamil


Total comment

Author

Reviewin aja

Pengabdi Setan

Ibu (Ayu Laksmi) merupakan seorang penyanyi terkenal yang mengalami sakit selama 3 tahun. Semenjak ibu sakit tidak ada lagi penghasilan keluarga dan uang untuk biaya berobat. Sehingga membuat sekeluarga yaitu keempat anaknya, Rini (Tara Basro), Toni (Endy Arfian), Boni (Nazar Annuz), dan Ian (M Adhiyat) dan Bapak (Bront Palarae) harus pindah kerumah nenek yang berada di tengah hutan dan dekat dengan kuburan. Tak lama, Ibu meninggal secara misterius dan mengharuskan Bapak ke luar kota untuk mencari uang. Saat Bapak tidak ada dirumah.. ternyata Ibu datang kerumah. Mampus ga lo...

Ibu suka ngagetin deh.

Fyi, Pengabdi Setan ini adalah remake dari film dengan judul yang sama pada tahun 1980. Dan Pengabdi Setan 1980 didaulat sebagai film horror terseram pada masanya. Lalu.. bagaimana dengan Pengabdi Setan 2017? Bagaimana? Bagaimana?
Gue itu suka banget nonton horror di bioskop. Ya biar seru aja gitu, biasanya kalo udah detik-detik si setan muncul hati gue berbisik.. "nah muncul nih, cepet elah, ea ea" gitu. Tapi.. saat diriku menonton Pengabdi Setan. Gue deg-degan. Jarang-jarang hal ini terjadi, terakhir gue deg-degan itu pas nonton apa ya... mungkin Petak Umpet Minako. Eh sori sori. Ditambah kanan kiri gue adalah dua laki-laki yang bahkan berteriak dan terkejut jauh melebihi diriku. Huft.



Suasana yang creepy yang dibangun dari awal cukup membuat merinding, jumpscare yang ga berlebihan dan berhasil bikin olahraga jantung, tentunya scoring yang ga berisik dan rese tapi justru menambah ketegangan sepanjang film dengan iringan lagu lawasnya. Kualitas gambar yang tentunya sangat baik, menegaskan latar tahun 80an dengan bentuk rumah, pakaian, bahkan cara bicara. Camera movement yang bikin orang berpikir "Haduh muncul nih setannya, mampus gua. Mampus". Kualitas akting para pemain yang tentunya sangat apik, chemistry sangat terasa terutama antara Boni dan Ian yaitu anak ketiga dan keempat yang berperilaku dan berekspresi selayaknya anak-anak. Apalagi akting Ibu yang...  memicu jantung. Tapi jangan sedih, di film ini banyak juga kok guyonan-guyonan yang bikin ketawa untuk... sementara.


Kebanyakan film horor Indonesia biasanya mementingkan wujud hantu dan jumpscare semata, melupakan isi cerita itu sendiri. Namun berbeda dengan Pengabdi Setan. Dengan plot cerita yang sangat baik, Pengabdi Setan menjadi film horor dengan paket lengkap. Twist? Tentu ada. Seperti film-film Joko Anwar yang lain, dia selalu berhasil membuat twist. Honestly agak jarang film Indonesia yang berhasil membuat twist. But he always did it. Endingnya pun seperti ciri khas film Joko Anwar. Ya makanya nonton. Simpulkan endingnya sendiri. Senang sekali bisa menonton film Indonesia berkualitas seperti ini. Pengabdi Setan adalah film horor terbaik tahun ini. (4/5)



Sutradara: Joko Anwar
Penulis: Joko Anwar
Produser: Subagio S dan Gope T. Samtani
Produksi: Rapi Films dan CJ Entertainment
Pemain: Tara Basro, Ayu Laksmi, Endy Arfian, Nazar Annuz, M Adhiyat, Bront Palarae, Dimas Aditya

Total comment

Author

Reviewin aja