Contact Form

 

Meet Me After Sunset

Vino (Maxime Bottier) terpaksa harus pindah rumah dari Jakarta ke Bandung karena ikut orang tuanya. Pada awalnya ia kesal, namun tiba-tiba pada malam hari ia melihat seorang gadis bertudung merah yang bernama Gadis (Agatha Chelsea) dan Vino pun mulai tertarik karena kecantikan Gadis. Gadis sendiri tergolong anak yang aneh dan tidak bergaul, satu-satunya teman Gadis adalah Bagas (Billy Davidson) yang sudah bersahabat sejak mereka kecil. Anehnya lagi, Gadis selalu berkeliaran di tengah malam.



Mari kita recap lagi tentang bulan penuh cinta ini, pertama ada Dilan dan Milea dengan kisah manis dan modus-modus ajaibnya, kemudian ada kisah tragis nan dramatis ala Dave dan Caramel, lalu kita bernostalgia dengan Adit dan Tita setelah 15 tahun lamanya. Dan sekarang kita diberikan cerita dongeng manis nan menyentuh lewat Vino dan Gadis. Pertama liat trailernya, yang gue pikirkan adalah.. Ini gambarnya cantik banget semoga pas di layar lebar juga masih terlihat baik seperti di trailer. Dan.. seriously visual Meet Me After Sunset ini cantik banget banget, kita kayak nonton film animasi atau semacam dongeng. Hijau, bulan, bintang, sejuk, dan hangat tergambarkan dengan baik dan luar biasa cantik. Pun efek visual yang cukup smooth. Diikuti dengan musik yang "kawin" banget sama gambarnya.



Cerita Meet Me After Sunset ini pun memang remaja banget macam film teenlit, tetapi masih sangat logis dan bisa dinikmati tentunya. Gue sangat menyukai cara penyampaian si film ini tentang bagaimana kita memperlakukan seseorang, I'm talkin about cara Vino memperlakukan Gadis yang awalnya terkesan memiliki kepribadian cenderung aneh. Hingga Vino bisa menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi Gadis. Dan terkadang sikap manis Vino terhadap Gadis cukup membuat penonton tersentuh. Celetukan dan kelakuan konyol Dadang (teman sekelas Vino) dengan kearifan lokal yang luar biasa juga menghibur. Dan didalamnya terdapat plot twist yang cukup menarik dan masuk akal tentunya. The casts are good but not so special. Film remaja yang seperti magis, dongeng, sangat cantik dan manis yang sayang banget kalau dilewatkan. (3.5/5)


Sutradara: Danial Rifki
Penulis: Haqi Achmad
Produser: Miftha S. Yahya
Produksi: MNC Pictures
Pemain: Maxime Bottier, Agatha Chelsea, Billy Davidson, Yudha Keling, Feby Febiola, Gunawan

Total comment

Author

Reviewin aja

Eiffel I'm In Love 2

Tita (Shandy Aulia) dan Adit (Samuel Rizal) sudah menjalin kisah cinta LDR selama 12 tahun Jakarta-Paris. Setiap hari mereka selalu bertengkar (ya sama lah kayak Eiffel I'm in Love pertama) dan melihat teman-temannya yang sudah menikah, Tita yang sekarang sudah berumur 27 tahun mulai gelisah karena Adit tak kunjung melamarnya. Dan.. tetiba Tita sekeluarga harus pindah untuk sementara ke Paris. Lalu apakah mereka akan menikah di Paris?

nah kan berantem kan

heh Tita pulang udah jam 8 malem!

Ya.. Februari ini memang bulan penuh cinta rupanya.. Setelah melihat kisah cinta Dilan dan Milea yang super manis dan penuh kemodusan lalu kita melihat lika-liku kehidupan dan percintaan tragisnya Dave dan Caramel dan sekarang terbitlah percintaan (childish) Adit dan Tita. Jadi.. Eiffel I'm in Love ini pertama kali tayang sekitar 2003 (15 tahun yang lalu) dan sekarang hadirlah Eiffel I'm in Love 2 yang tentunya masih menceritakan kisah cinta tokoh utama yang sama. Sebentar. Gue terkagum dulu ya sama muka Shandy Aulia dan Samuel Rizal yang ga berubah sejak 15 tahun yang lalu.. heran, pake skin care apa ya mereka? Lalu rasa kagumku bertambah saat menonton Eiffel I'm in Love 2 yang memperlihatkan cara bicara Tita yang masih sama persis seperti 12 tahun yang lalu, konsisten sekali ya Tita ini.. ya taulah cara bicaranya yang imut-imut menggemaskan itu loh. 

duh mulai bete nih Tita..
kan.. cekcok kan..
Hubungan Adit dan Tita pun masih sama persis seperti 12 tahun yang lalu. Berantem-berantem childish, ngambek, marah. Ya kita penontonnya bernostalgia sih.. tapi I mean 12 tahun sepertinya waktu yang cukup untuk mendewasakan kita ya. Kemudian aku tercengang, Tita yang manjanya masih sama seperti dulu tapi sekarang sudah berumur 27 tahun, dia tidak diperbolehkan memakai handphone. Hah? Really? Orang-orang tidak bisa menghubungi Tita dan harus melalui bibi atau pak supir. Waw. Efisien sekali hidupnya. Sungguh kubangga melihat Tita dan keluarganya.



Lalu saat sekeluarga harus pindah sementara ke Paris tentu Tita sangat bahagia dan berharap mereka tidak bertengkar lagi. Tapi ternyata tidak juga, pertengkaran-pertengkaran konyol masih sering terjadi meskipun mereka seatap. Dan kita benar-benar diajak bernostalgia di sequel yang ke dua ini. Tapi kali ini lebih bernuansa Paris, namun tetap dengan atmosfer yang sama. Menggemaskannya Tita dan menyebalkannya Adit masih sama seperti 12 tahun yang lalu. Gambar Kota Paris pun terlihat sangat cantik dan sangat serasi dengan musik Melly Goeslaw, seriously the music scoring is sooo good. Baiklah kita kesampingkan (banyak) hal yang (sangat) janggal dari sequel ini seperti Tita yang sampai detik ini tidak mempunyai handphone, lalu bunda Tita yang sudah kalang kabut menyuruh Tita pulang karena sudah jam 8 malam (padahal dia bersama supir dan bibi), tak lupa juga hubungan Adit dan Tita yang masih sama (childishnya). Positifnya, kita bisa melihat lagi chemistry menggemaskan dari Adit dan Tita, menikmati cantiknya kota Paris, dan tentunya mendengarkan musik-musik yang menyenangkan dari Melly Goeslaw. (2.5/5)


Sutradara: Rizal Mantovani
Penulis: Donna Rosamayna
Produser: Sunil Soraya
Produksi: Soraya Intercine Films
Pemain: Shandy Aulia, Samuel Rizal, Saphira Indah, Helmi Yahya, Hilda Arifin, Shakira Alatas

Total comment

Author

Reviewin aja

London Love Story 3

Dave (Dimas Anggara) dan Caramel (Michelle Ziudith) yang telah menjalin hubungan selama 3 tahun akhirnya memutuskan ingin melanjutkan hubungan kejenjang yang lebih serius. Sebelum  memutuskan untuk menikah, Dave dan Caramel liburan ke Bali (tempat partama kali mereka bertemu). Namun, saat liburan mereka mengalami kecelakaan yang membuat Caramel menjadi lumpuh.

Cium! Cium! Cium!
Caramel udah wisuda aja.. jurusan apa Cara?

Hmm.. okay. Jadi begini, mari kita recap. London Love Story (2016) itu menceritakan awal pertemuan Dave dan Caramel namun ditengah lovebirds nya mereka, Caramel salah paham (yang teramat childish) dan dia kabur ke London. One day mereka ketemu lagi di London dan Dave kecelakaan saat ngejar Cara. Dave koma, Cara berlinang air mata lalu Dave sadar. London Love Story 2 (2017) hubungan Dave dan Cara semakin dekat tentunya, mereka memutuskan untuk berlibur bersama ke Swiss. Tapi ternyata disana mereka bertemu dengan masa lalu Cara, yaitu Gilang. Tetapi Cara menyembunyikannya dari Dave. Lalu ketahuan, Dave marah. singkat cerita Gilang kecelakaan lalu Cara menangis tersedu (lagi).

Terima! Terima! Terima!
Lalu bagaimana yang ketiga? Sejujurnya, i have no expectation untuk sequel yang ketiga ini. Melihat cerita yang pertama seperti itu.. yang kedua padahal gue hampir suka tapi (again) plot akhir cerita yang membuatku lelah mendengar Michelle Ziudith tersedu-sedu. Tapi ternyata surprisingly.. London Love Story 3 ini cukup menyenangkan. Konfliknya tentu jauh lebih dewasa dari yang sebelumnya, dan sangat menyenangkan melihat chemistry Dave dan Cara yang berbeda dari setiap sequelnya, tentu di cerita yang ketiga ini mereka jauh lebih intim karena memutuskan untuk ke jenjang lebih serius. And i really like how Tisa TS makes something "connected" dari setiap sequelnya. Sebenarnya sang penulis ingin menyampaikan pesan "keajaiban" di film ini, dan gue rasa cara penyampaiannya cukup baik serta penulis mampu mengontrol cerita dengan apik. Meskipun terkadang kubingung entah Dave dan Cara ini ketempelan setan apa, mereka kecelakaan mulu. Atau dibalik ini semua apa mungkin penulis ingin memberi pesan moral agar kita berhati-hati dalam berlalu-lintas? Lalu Dave udah CT Scan belum ya? Dua kali dia kecelakaan di film ini.

Dokternya muda ya.. ini bukan koas kan?
Detik-detik Dave mau diputusin nih.. (no.. ga spoiler, ada di trailer kok)
Kalo gue jadi Dave mending gue tinggalin sih si Cara 

Tak lupa juga Dokter Rio (Derby Romero) yang merupakan dokter spesialis, namun terbilang masih sangat muda. Begitu juga dengan kepala rumah sakit, Dokter Mia (Amanda Rawles) yang terlihat cukup memaksakan untuk terlihat dewasa. Dan sejak London Love Story pertama gue cukup penasaran dengan pekerjaan Dave dalam mencari nafkah. Sungguh.
Michelle Ziudith menggambarkan posisi putus asa dan terpukul dengan sangat baik, pun dengan Dimas Anggara yang juga menggambarkan penderitaan dan rasa bersalah dengan sangat baik pula. Keduanya menunjukkan chemistry yang sangat manis difilm ini dan kadang menunjukkan sisi jenaka dengan sangat natural. Sesungguhnya Screenplay Films sangat berpotensi membuat cerita remaja yang sangat menyenangkan, namun terkadang dengan cerita dan dialog yang super dramatis justru terkesan membuat lelah penontonnya. Dibandingkan dengan London Love Story sebelum-sebelumnya, menurutku yang ketiga ini merupakan yang terbaik. Nyatanya, sejak Surat Cinta Untuk Starla film Screenplay terus mengalami peningkatan dalam segi cerita maupun dialog, keep it up! Begitu pun dengan London Love Story 3 yang cukup menyentuh dan menyenangkan untuk ditonton. (2.5/5)

Sutradara: Asep Kusdinar
Penulis: Tisa TS dan Sukhdev Singh
Produser: Sukhdev Singh
Produksi: Screenplay Films
Pemain: Dimas Anggara, Michelle Ziudith, Derby Romero, Amanda Rawles, Ina Marinka, Ramzi, Irene Librawati

Total comment

Author

Reviewin aja

Hoax


Raga (Tora Sudiro), Ragil (Vino Bastian), dan Adek (Tara Basro) merupakan sebuah keluarga yang ternyata mempunyai rahasianya masing-masing. Cerita dimulai dari mereka (Raga, Ragil, Adek) dan ayahnya yang makan malam bersama. Sepulang makan malam barulah muncul kejadian-kejadian misteri yang merupakan rahasia mereka.


lagi makan malam mereka.. belom aja abis ini banyak kejadian aneh.

eaaa.. Raga mulai aneh-aneh nih
Ragil lagi ngapain ya manyun-manyun gitu..
Mungkin itu saja penggalan sinopsis yang bisa kutulis.. karena kalo kebanyakan takutnya agak-agak spoiler gimana gitu kan. Fyi, film ini ternyata sudah selesai produksi sekitaran tahun 2012, tapi entah kenapa baru tayang tahun ini. Melihat 3 pemain utamanya.. galak-galak bener ya. Rasanya Tora Sudiro, Vino Bastian , Tara Basro udah gausah diragukan lagi ya. Konflik dan rahasia tiga pemain utamanya beda-beda. Jadi memang ada tiga sudut pandang disini, Raga tentang konflik percintaannya, Ragil tentang permasalahan agamanya, dan Adek ini nih yang agak mistis.. masalah dia memang agak berbau mistis, seneng horor-horor emang Tara Basro nih. Kalo yang kangen liat akting Tora Sudiro kalem-kalem macam Banyu Biru (lama juga ye) bisa banget nonton Hoax ini, karakter Raga disini emang agak flat kalem-kalem gitu.


nah kan.. mulai nih si Adek 
Adek sebat duls ya..

Film ini rada-rada bikin jantungan, by the way. Jadi berhati-hatilah nak.. tapi itu bukan apa-apa dibanding melihat ekspresi Jajang C Noer. Wah gilingan.. dia ngeri banget sih, soooo creepy. Bahkan lebih mengerikan dari jump scare difilm-film horor. Parah, Jajang C Noer junjunganku..
Dari awal tengah sampai akhir kita dibikin bertanya-tanya sama film ini, semacam mind blowing gitu.. baru lah di menuju ending cerita, diceritakan apa akar dan bentuk masalah-masalah tiga tokoh utama itu yang sebenarnya. It seems like "oooh" tapi.. meskipun begitu ada memang beberapa pertanyaan yang ga terjawab, yang masih membuat penontonnya ga ngerti. Barulah saat ending (sebelum credit title) ada sebuah tulisan kesimpulan film ini. Jadi intinya ending cerita ini jawabannya ada di masing-masing penonton (menurut gue) ya biar penonton yang mengartikannya sendiri, dengan sudut pandang masing-masing. Dengan ending yang adalah sebuah pertanyaan dan tentunya kita juga tidak tahu jawabannya apa but it doesn't waste ur time and i really enjoyed the show. Semacam kita tidak mengerti film ini secara keseluruhan tapi tidak menyesal juga menonton petualangan Raga, Ragil dan Adek. (3.5/5)



Sutradara: Ifa Isfansyah
Penulis: Ifa Isyansyah
Produser: HB Naveen dan Ifa Isfansyah
Produksi: Indy Pictures dan Fourcolours Films
Pemain: Tora Sudiro, Vino Bastian, Tara Basro, Aulia Sarah, Jajang C Noer, Landung Simatupang

Total comment

Author

Reviewin aja