Contact Form

 
Onggy (Dion Wiyoko) terlahir dari keluarga Tionghoa yang sederhana di Tarakan, Kalimantan. Meskipun dari keluarga sederhana, semangat Onggy untuk terus melanjutkan pendidikan tidak padam. Berawal dari keinginannya ingin bersekolah, hingga akhirnya dia melanjutkan kuliah di Surabaya. Berbekal pesan dan didikan dari ayahnya (Chew Kin Wah), Onggy bertahan hidup di Surabaya dengan berbagai cara, seperti jualan jagung dan buah. Suatu hari Onggy bertemu dengan Chandra (Laura Basuki) yang kemudian menjadi istrinya. Ternyata kehidupan setelah menikah pun, Onggy juga mengalami berbagai kegagalan dan membutuhkan perjuangan mulai dari jaulan kerupuk, karpet, hingga sambal.



Film Terbang: Menembus Langit ini sebenarnya film biopik, yaitu berdasarkan kisah nyata dari pengusaha dan motivator bernama Onggy Hianata. Film ini mengambil latar tahun 70an hingga 80an. Menceritakan tentang jatuh bangunnya seseorang dalam memperjuangkan hidupnya dan ingin terbang bebas dalam meraih apa yang dia inginkan. Mulai dari perjuangan di kosan, irit-iritnya anak kosan. Mungkin bagi kalian sobat misqin akan membuat sedikit bernostalgia dengan perjuangan Onggy dan teman-temannya dikosan. Menariknya, dibalik film melodrama ini selalu ada selipan isu sosial yang sangat dekat dengan kehidupan kita yang sudah menjadi ciri khas Fajar Nugros. Ditambah dengan printilan-printilan seperti teman kosan Onggy lalu tetangga Onggy dan Chandra yang ajaib dan mengundang tawa.



Film ini pas, dramatis namun tidak cukup tragis, menyenangkan namun mengharukan, dan bisa menjadi sindiran bagi kita semua. Sangat menyenangkan melihat beberapa selipan dalam film ini yang merupakan sebuah pesan untuk Indonesia agar menghargai dan menghormati keberagaman. Film Terbang: Menembus Langit menggambarkan definisi terbang dalam mencapai impian, dalam arti bebas menjalani apa yang menjadi pilihan kita, meskipun menurutku definisi terbang dalam film ini sepertinya kurang pas, karena sesungguhnya film ini terlalu fokus pada kegagalan Onggy. Ditambah ketidakpahaman penonton dalam melihat kegagalan Onggy setiap kali menerima surat dan dinyatakan gagal, mungkin Onggy melakukan bisnis semacam MLM. Entahlah



Dion Wiyoko menampilkan akting terbaik sepanjang karirnya di film ini. Best part: makan kerupuk sambil nangis. Dion berhasil menggambarkan keadaan yang penuh emosional. Dan Laura Basuki, selain cantiknya yang ga sopan itu, dia benar-benar pay attention. Mulai dari sikapnya yang manis, ekspresinya saat melahirkan, hingga frustasi dengan keadaan. Laura Basuki menunjukkan berbagai emosi yang membuat penonton jatuh cinta dengan kehadirannya. Belum lagi kualitas gambar yang cantik dan memanjakan mata dengan latar tahun 70 an yang menjanjikan, mulai dari kendaraannya, pakaian, hingga warna gambar yang memberi kesan 70 hingga 80an (3/5)


Sutradara: Fajar Nugros
Penulis: Fajar Nugros
Produser: Susanti Dewi
Produksi: Demi Intro Production
Pemain: Dion Wiyoko, Laura Basuki, Aline Adita, Chew Kin Wah, Baim Wong, Delon Thamrin, Dinda Hauw







Total comment

Author

Reviewin aja
Ayla (Amanda Rawles) murid 3 SMA, dijodohkan oleh ayahnya (Slamet Rahardjo), dengan seorang pilot muda nan sukses (Dimas Anggara). Karena Ayla sudah mempunyai pacar bernama Ando seorang anak band rocker (Maxime Bouttier) yang dinilai ayahnya Ayla tidak pantas untuk mendekati Ayla, namun tentunya Ayla menolak keras perjodohan itu. Ayla pun mencoba berbagai cara agar perjodohan itu batal.



Film produksi Screenplay Films ini mempertemukan kembali Dimas Anggara dan Amanda Rawles, sejak tahun lalu mereka bertemu di Film Promise, namun dengan formula yang agak berbeda. The Perfect Husband ini semacam romantic comedy. Terdengar klise mungkin, jaman sekarang masih menceritakan adanya perjodohan. Namun, melegakannya The Perfect Husband ini cukup menepis kekhawatiran tersebut. Rudi Ariyanto selaku sutradara yang juga membuat Surat Cinta Untuk Starla ini mampu membuat The Perfect Husband dengan tema perjodohan namun dibalut dengan nuansa kekinian. And surprisingly, gue sangat menikmatinya. Ceritanya ringan, manis, dan jenakanya pun sampai kepada penonton. Tidak ada twist yang bikin kepala pusing, tiada kata-kata mutiara yang berlebihan. Cukup realistis dan jujur dalam bercerita. Tetapi diakhir cerita, Screenplay mulai kambuh dengan puisi-puisinya yang tweetable.



Meskipun menyenangkan diawal, terdapat permasalahan yang sama pada film Screenplay sebelumnya. Yaitu endingnya yang agak terburu-buru, dan dengan formula yang sama. "Membuat nangis". Film Screenplay ini semacam ada time keepernya. Kalo durasi udah mau abis meraka akan bilang "Woy durasi nih! saatnya sedih-sedihan!" Lalu asalkan penonton nangis, problem diselesaikan. Tamat deh. Untungnya meski mengusung formula yang sama, The Perfect Husband ini masih sangat bisa dinikmati twistnya, dan sangat manusiawi juga tentunya.



Agak terkejut melihat akting Amanda Rawles yang jauh berbeda dengan film-film dia sebelumnya. And she did it. Dia berhasil memerankan tokoh Ayla yang menggemaskan dan menyebalkan dengan cukup baik. Dimas Anggara dengan kharismanya yang bersinar sebagai Pilot namun terkadang bisa bersikap jenaka, manis, dan membuat penonton simpati dengannya. He portrayed Arsen very well. Dan tentunya seorang Slamet Rahardjo merupakan gambaran seorang ayah yang cukup tegas, lembut, jenaka, juga bisa memberi kesan gloomy pada film ini. Mereka bertiga pun mampu menunjukkan chemistry yang cukup baik, meski pada film ini Slamet Rahardjo sering kali salah mengucapkan nama anak sendiri menjadi Alya. Entah sutradaranya agak sungkan untuk melakukan retake kepada beliau atau gimana.. gue juga ga paham. Malahan ternyata Maxime Bouttier ini yang agak menggangu, entahlah. Dia berusaha dengan keras menjadi seorang bad boy yang nyatanya terlihat jadi orang yang sok asik. Belum lagi tato Maxime yang terlihat seperti tato ciki atau permen karet. Mungkin orang divisi make up bisa bertanya kepada Dimas Anggara dimana tempat buat tato temporary yang bagus.
But over all The Perfect Husband, film terbaik Screenplay sejauh ini. Menyenangkan, menghibur, dan cukup menyentuh. (2.75/5)


Sutradara: Rudi Aryanto
Penulis: Sukhdev Singh, Tisa TS, Benni Setiawan
Produser: Sukhdev Singh dan Wicky V Olindo
Produksi: Screenplay Films dan Legacy Pictures
Pemain: Dimas Anggara, Amanda Rawles, Slamet Rahardjo, Maxime Bouttier, Bunga Zainal, Tanta Ginting, Dolly Martin, Maya Wulan


Total comment

Author

Reviewin aja